7.18.2008

Cerita Guruku Tentang Orang Indonesia

Dalam sebuah kelas Bahasa Arab yang saya ikuti, suatu hari saya mendapatkan sebuah pengalaman yang mengesankan. Mungkin bagi orang lain adalah hal biasa. Namun pengalaman itu menggedor-gedor jantung saya. Bangga dan bersyukur terlahir sebagai bangsa Indonesia.


Suatu sore yang cerah di musim panas, saya hadir dalam kelas itu. Kami sekelas mengikuti pengajar menerangkan seperti biasa, dengan diktat khusus yang menjadi pegangan peserta. Pengajar ini termasuk tipe pengajar yang saya sukai. Metode pengajarannya bagus, dinamis, berpengalaman, komunikatif dan berwawasan luas. Beliau memperoleh gelar Doktor dari Universitas Al-Azhar dan telah menulis banyak buku dalam Bahasa Arab. Meski demikian beliau rendah hati dan cukup humoris, sehingga banyak siswa yang menyukainya. Kegiatan beliau sehari-hari adalah mengajar bahasa Arab bagi orang asing. Profesi itu telah beliau jalani sejak lebih dari 12 tahun.


Sore itu beliau mengajar seperti biasa. Biasanya selain bahasa Arab ketika menerangkan sebuah kalimat atau tata bahasa beliau kadang-kadang merujuk pada Qur'an Hadist atau kisah-kisah dan ajaran Islam. Selain Walaupun Islam itu tidak harus Arab namun bahasa Arab sangat erat dengan Islam karena kitab suci umat Islam diturunkan dalam Bahasa Arab. Selain dalam studi Bahasa Arab beliau juga mendapat gelar Master (S2) dalam Studi Islam, jadi pengetahuan keislamannya tidak diragukan. Pun begitu, beliau mempunyai jiwa besar yang terbuka. Umur beliau sekitar 40-tahunan.


Ketika mengajar beliau sering sekali menyelipi dengan humor. Suasana kelas jadi tidak kaku.

Ketika pelajaran selesai dan waktu masih ada maka beliau mengajak kami untuk melakukan Dialog dan Percakapan. Dalam sesi ini beliau mengajak siswanya untuk aktif berbicara, lalu beliau memberi pertanyaan dan komentar. Hal ini dimaksudkan agar siswanya terbiasa berbicara dalam Bahasa Arab.


Beliau memberikan beberapa pilihan tema diskusi agar dipilih oleh siswanya. Akhirnya kebanyakan kami memilih "Sopan Santun Seorang Pelajar Muslim". Beliau membebaskan kami untuk mengutarakan pendapat apapun dengan tema itu. Kebetulan dalam kelas itu siswanya berasal dari berbagai negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Pakistan, Inggris, Nigeria, Rusia, China dan Ukrania. Kami berjumlah sekitar 30 orang dan kebanyakan dari Indonesia dan Malaysia.


Akhirnya suatu ketika seorang siswa dari Indonesia mendapat kesempatan untuk berbicara. Siswa ini berpendapat bahwa seorang pelajar Muslim harus memperhatikan 3 hal yaitu adab dengan guru, adab dengan buku dan adab dengan tempat belajar. Adab dengan guru misalnya tidak meninggikan suara di depan guru, tetap santun dalam ketika berbeda pendapat, dan sebagainya. Sedangkan dengan buku, seorang pelajar harus menjaganya sebaik mungkin, merawatnya, tidak meletakkannya di sembarang tempat dan sebagainya. Selain itu seorang pelajar tidak menjadikan tempat belajarnya sebagai tempat bermain-main.


Pendapat siswa tadi tentu tidak asing bagi santri pesantren di Indonesia. Apalagi ia juga mengatakan bahwa pendapatnya merujuk pada sebuah buku berjudul Ta'lim al-Muta'allim, sebuah buku sopan santun seorang pelajar yang sangat masyhur di kalangan pesantren di Indonesia.


Mendengar pendapat tersebut beliau lalu memberikan komentarnya. Beliau mengatakan bahwa pendapat tersebut cocok sekali dengan pengalaman beliau selama mengajar Bahasa Arab untuk orang asing selama belasan tahun. Beliau juga telah pergi ke berbagai negara di Eropa, Asia dan Amerika untuk menjadi pengajar bahasa Arab.


Beliau mengungkapkan bahwa selama pengalaman mengajar sekian lama ia sangat mengagumi pelajar Indonesia dan Malaysia dalam hal sopan santun. Cocok sekali dengan pendapat tadi. Bahkan beliau menegaskan bahwa kekagumannya ini bukan basa-basi semata. Sebelumnya beliau sempat berseloroh,"Saya tidak dibayar orang Indonesia untuk mengatakan ini."


Orang Indonesia dan Malaysia itu sangat santun pada guru melebihi bangsa manapun di dunia ini. Karena dalam kelas itu dari bermacam negara, beliau buru-buru menjelaskan bahwa bukan berarti pelajar-pelajar dari negara lain tidak santun. Beliau bilang bahwa negara lain juga banyak yang santun namun secara umum bahwa orang Indonesia dan Malaysia berada di urutan teratas. Beliau tidak membedakan negara manapun ketika mengajar.


Mendengar pernyataan tersebut tentu saja kami bangga bercampur haru. Namun dalam hati kami agak segan juga, takut siswa negara lain tidak enak hati. Ternyata kalimat beliau tidak berhenti sampai di situ. Beliau malah memberikan bukti-buktinya. Semakin merahlah muka kami. Beliau bilang, jika kalian tidak percaya tanyakan pada semua kawan-kawan saya sesama pengajar, akan kalian dapat jawaban yang sama. Dua negara itu adalah yang terbaik.


Beliau lalu bercerita, selama sekian tahun mengajar beliau tidak pernah mendapati sekalipun ketidaksopanan dari pelajar Indonesia dan Malaysia. Jika bertemu di jalan mereka selalu menyapa memberikan jalan tidak pernah sekalipun menghalangi jalan. Bahkan ketika beliau bertemu orang Indonesia dan Malaysia di koridor kelas yang sempit, mereka akan merapat ke dinding sebisa mungkin. Memberikan jalan pada beliau.


Bahkan suatu ketika beliau bertemu mereka di halte, sama-sama sedang menunggu kendaraan. Ketika bis yang ditunggu datang, mereka mempersilahkan beliau naik terlebih dahulu. Apa yang terjadi kemudian? Ternyata mereka tidak ikut naik dan menunggu bis berikutnya. Dari ungkapan beliau sangat kentara kalau beliau mengagumi akhlak pelajar-pelajar Indonesia dan Malaysia. Makin tidak enak hati kami. Di situ tidak hanya orang Indonesia dan Malaysia.


Beliau juga bercerita, suatu hari datang serombongan mahasiswi berjumlah 23 orang dari berbagai negara ke rumah beliau. Kursi di ruang tamu rumah beliau tidak terlalu luas menampung semuanya. Lalu beliau memperhatikan sebagian dari mereka duduk di lantai. Ternyata semua yang duduk di lantai adalah mahasiswi Indonesia, sedangkan yang duduk di kursi dari negara-negara lain. Bagi beliau orang Indonesia itu sederhana dan santun.


Bertahun-tahun mengajar orang Indonesia dan Malaysia beliau berfikir bahwa sopan santun seperti itu tentu berasal dari sebuah bangsa yang santun. Setiap orang tua dari pelajar itu tentu memberikan ajaran sopan santun terhadap guru. Tentu ayah atau ibu mereka berkata,"Nak, pergilah belajar dan hormatilah gurumu!" Mereka mendidik sopan santun dengan baik kepada anak-anaknya sebelum keluar rumah. Dengan rendah hati beliau mengungkapkan, "Dalam hal kesantunan kami ingin belajar dari orang Indonesia dan Malaysia." Menurut beliau seperti itulah seharusnya akhlak seorang Muslim.


Semakin tidak enak hati kami ketika beliau membandingkan dengan negara lain. Tentu saja sebagai seorang akademisi beliau juga menyadari bahwa banyak faktor yang melatar belakangi tindak tanduk suatu masyarakat seperti kondisi alam, letak geografis, kondisi sosio-kultural dan kenyataan sejarah.


Karena kecintaan beliau dengan pelajar Indonesia dan Malaysia, beliau tidak pernah menolak undangan mereka untuk mengisi suatu acara. Beliau sering diundang pelajar-pelajar asing untuk mengisi seminar dan pelatihan. Jika ada pelajar Indonesia atau Malaysia yang mengundang maka ia pasti menghadirinya. Walaupun beliau sibuk, beliau pasti berusaha menghadiri undangan tersebut. Bahkan ketika ada dua undangan dalam satu waktu, beliau memilih untuk hadir di undangan pelajar Indonesia walau tanpa honor sementara undangan lainnya beliau akan mendapat honor besar.


Tidak saya sangka, selama belajar dari beliau sejak beberapa bulan yang lalu baru kali ini beliau mengungkapkan pernyataan seperti itu. Namun saya lihat beliau tidak pernah membeda-bedakan siswanya ketika mengajar, selama siswa-siswa yang belajar dengan beliau menjaga adab dan sopan santun.


Mendengar semua itu saya jadi berfikir, benarkan demikian? Apakah sebegitu hebat moral bangsa Indonesia di mata negara lain? Sehingga kita seringkali tidak menyadari dan menyia-nyiakan kekuatan moral bangsa kita. Pengajar kami itu berbicara sesuai dengan pengalaman beliau bertahun-tahun. Tidak dapat kita serta-merta menyalahkan pendapat beliau atau membenarkannya secara langsung.


Saya lalu terfikir tentang adab dan kesopanan orang Jepang. Mereka juga sangat sopan bahkan dalam beberapa hal melebihi orang Indonesia. Saya fikir mungkin guru saya itu jarang atau tidak pernah mendapat siswa orang Jepang. Mungkin karena kebanyakan orang Jepang bukan Muslim sehingga jarang yang belajar bahasa Arab. Mungkin seandainya guru saya itu juga mengajar orang Jepang mungkin pendapat beliau akan lain. Ya, tentu saja karateristik sopan santun dalam Islam mempunyai perbedaan dengan ajaran lain.


Kemudian saya ingat juga cerita tentang pelajar-pelajar Indonesia yang belajar di Eropa atau Amerika dan negara-negara lainnya. Tidak sedikit dari mereka yang pada awalnya sangat kental dengan adab ketimuran dan sopan santun lalu berubah drastis setelah lama di luar negeri. Banyak juga yang pertamakalinya mengalami kejutan budaya lalu menjadi terbiasa. Bagi kita yang belum pernah ke Belanda (saya juga belum :), jangan senang dulu jika suatu saat mendapat undangan makan malam dari seorang kawan dari negeri Kincir Angin itu. Setelah makan kita harus bayar makanan yang kita makan atau esoknya datang tagihan melalui email kita.


Intinya saya bangga dan bersyukur dilahirkan sebagai bangsa Indonesia yang mewarisi nilai-nilai moral dan budi pekerti luhur sejak dahulu. Bahkan sebelum Islam masuk ke Indonesia. Islam diterima di Indonesia dengan baik tanpa peperangan seperti yang terjadi di negeroiiTidak heran lagi jika nilai-nilai seperti itu terumuskan dalam UUD negara kita. Seringkali kita tidak sadar banyak orang yang mengagumi bangsa kita dari segi kepribadian dan keluhuran bangsa. Sayangnya banyak orang Indonesia sendiri tidak menyadari hal itu.


Setelah mendengar pendapat guru saya yang orang Mesir itu saya menengok ke tanah air. Keprihatinan saya tegugah, nilai-nilai luhur itu mulai terkikis dan tergerus budaya asing yang merusak. Akankah kita mampu mempertahankannya dhingga anak cucu nanti? Jawabannya ada pada diri kita sendiri.

Cairo, 17 Juli 2008





Labels: ,

2 Comments:

Blogger Forum Studi Syari'ah wal Qanun said...

Nah, inilah manfaatnya kuliah, tidak cuma biar tambah deket dosen en tambah pinter... juga agar kita mengerti bahwa dunia amat luas dan Indonesia amat berharga... (ya iyya la):D
Pengalaman ente mantebz... tapi bener lho, malu juga sih digitukan, apalagi kalok, ternyata, he he he...

Wednesday, December 03, 2008 3:29:00 am  
Blogger AMISHA said...




Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

Wednesday, September 12, 2018 3:32:00 am  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home