9.17.2007

22

Bu,
Ingatkah engkau dulu? Pada hari seperti hari ini, pagi-pagi sekali engkau sudah sibuk di dapur. Engkau memasak bubur merah dan bubur putih. Di atas tampah beralas daun pisang, bubur itu engkau taburi gula merah dan parutan kelapa. Lalu kita undang kawan-kawan bermainku, pagi-pagi sekali sebelum mereka berangkat ke sekolah. Lalu mereka melingkar mengelilingi tampah berisi bubur merah dan putih itu di dapur yang dindingnya bambu. Kami duduk jongkok sambil menengadahkan tangan. Engkau mulai berdoa dan kami semua mengamini. Selesai berdoa, dengan lahap mereka menyantap bubur itu dengan menggunakan sendok suruh, potongan daun pisang yang ditekuk. Ya, mereka riang sekali, walau hanya bubur. Oh ya Bu, waktu itu aku juga ikut makan, nikmat sekali rasanya. Engkau hanya mengawasi kami yang sibuk makan sambil tersenyum, engkau tidak ikut makan. Hari itu engkau puasa, untukku. Doa, orang berpuasa itu makbul kata para ulama. Selesai makan, daun pisang disingkap dan mereka berebut uang logam pecahan 100 Rupiah yang sejak awal sudah engkau taruh di sana. Ya, mereka berebut sambil tertawa-tawa. Dari hasil berebut ada yang dapat 2 keping, ada yang dapat 3 keping, ada yang dapat cuma 1, tapi ada juga yang tidak dapat sama sekali. Akhirnya engkau berusaha bertindak adil dengan memahamkan mereka yang dapat lebih dari satu untuk memberikan kepingan logam itu pada yang tidak dapat. Akhirnya semuanya dapat kepingan logam itu, sama rata karena memang sudah engkau siapkan sesuai undangan. Mereka gembira sekali, saya juga gembira. Lalu mereka pamit sambil mendoakan,"Kabul kajate!" Ungkapan singkat yang kira-kira berarti,"Semoga Tuhan mengabulkan hajat kita!"

Bu,
Kadang, tidak hanya tanggal seperti ini saja engkau mengadakan "pesta" seperti itu. Pada hari weton-ku, Selasa Pahing engkau juga membuat bubur merah dan putih. Bahkan seringkali engkau puasa pada hari itu. Jadi kadang dalam setahun aku punya "pesta" ulang tahun lebih dari satu kali. Aku selalu gembira jika kawan-kawan datang dan ikut berdoa di rumah kita. Walau tanpa lilin. Walau tanpa kado dan tanpa nyanyian selamat ulang tahun, aku benar-benar gembira. Bu, ingin rasanya masa itu datang lagi. Kapan Bu, engkau membuatkan untuk kami bubur merah putih dengan taburan kelapa dan gula merah, di atas tampah beralas daun pisang, seperti dulu?

Anakmu,
yang merindukan bubur merah putih buatanmu.

Labels:

4 Comments:

Blogger Desi Hanara said...

Hmmm... Ultah tho...
Met Ultah yaa... Wish all the best for you :)

Sorry 4 a late :(

Wednesday, September 19, 2007 4:31:00 pm  
Blogger Faisal Zulkarnaen said...

Terima kasih Hanara, wish all the best for you too. :)

Thursday, September 20, 2007 6:50:00 am  
Blogger . said...

Wah ada yg ultah....

Met milad ya. Moga2 sukses dunia wal akhirat. Amin :-)

Monday, September 24, 2007 9:40:00 am  
Blogger Faisal Zulkarnaen said...

@Wahyu Annisha

Amin, makasih yah. Wa Allahu khoirul mujzi'.

Tuesday, September 25, 2007 7:10:00 am  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home