8.30.2007

Hanya Ingin Menuliskan Sesuatu

Qiro'ah lil Jami'.Slogan itu adalah kampanye pemerintah Mesir untuk meningkatkan budaya membaca di kalangan masyarakat Mesir. Qiro'ah lil Jami' kurang lebih berarti Membaca Untuk Semua. Sebenarnya perhatian pemerintah Mesir dalam kampanye budaya membaca sudah di mulai sejak bertahun-tahun. Namun, tahun ini saya melihat kampeanye itu lebih di giatkan lagi. Sekilas, saya melihat bahwa iklan-iklan kampanye Qiro'ah lil Jami' memenuhi lebih dari 50% jumlah iklan di pinggiran jalan Cairo. Spanduk, banner dan iklan berwarna dominan oranye Qiro'ah lil Jami' menghiasi jalanan, terminal dan metro subway. Foto-foto menarik yang menggambarkan bahwa membaca dapat dilakukan di mana saja seperti di kendaraan, di halte dan di tempat-tempat umum lainnya.

Sementara alokasi dana pendidikan nasional di Indonesia diturunkan, harga buku di Mesir tetap murah seperti biasanya. Maktabah Usroh adalah lembaga penerbitan buku yang dimotori oleh Ibu Negara Mesir Suzanne Mubarok. Penerbit ini mempunyai program menerbitkan berbagai buku dengan harga yang "sangat miring". Saya pernah memperoleh terjemahan buku dalam bahasa Arab -saya lupa judulnya- karya orientalis Anne Marie Schimmel setebal kira-kira 300 halaman cuma seharga LE 2,- atau sekitar Rp. 3.500,-. Saya tidak yakin -saat ini dan jika ada- buku serupa dalam terjemahan Bahasa Indonesia dapat dijual di Indonesia dengan harga yang sama. Bukan saya menjelek-jelekkan negara sendiri, namun adalah suatu impian bagi saya bahwa negeri saya tercinta Indonesia mempunyai program yang sama untuk mencerdaskan bangsanya. Karena saya yakin bahwa Indonesia jauh lebih kaya dari Mesir. Saya tidak bersikap skeptis, karena saya yakin dan punya harapan bahwa bangsa saya akan lebih menjunjung tinggi keadilan dan dapat membuat bangsanya sendiri sejahtera. Entahlah, mungkin karena terlalu banyak tikus yang menggerogoti padi-padi ranum itu. Meninggalkan batang-batang kering berserakan!

Penjajahan kapitalisme telah melanda seluruh sendi kehidupan bangsaku. Para konglomerat yang tidak bekerja dan hanya duduk-duduk, liburan, plesir kesana kemari, bersenang-senang semakin menumpuk kekayaan sementara para buruh kasar yang berkerja untuk mereka membanting tulang selama 36 jam "sehari", padahal sehari hanya ada 24 jam. Terima kasih buat Saudara saya Mawhiburrahman yang telah mengirimkan link ini ke milis PMIK Kairo sehingga saya lebih tahu keadaan bangsa saya sendiri. Anehnya, kebanyakan dari kita masih bersedia dan bangga untuk dijajah. Buktinya, produk-produk kapitalis itu tetap laris manis di pasaran walau dengan harga selangit.

Masih terngiang di telinga saya, saat Bapak saya mendendangkan tembang dari Koes Plus sambil mengelus-elus kepala saya yang tidur-tiduran di bangku beranda rumah. Waktu itu saya yang masih duduk di bangku TK, hanya mendengar saja sambil sesekali mengikuti. Saat itu tentu saja saya tidak tahu apa makna lirik yang sedang didendangkan oleh Bapak. Tapi sekarang, bagi saya maknanya mendalam sekali. Ada sesuatu yang aneh ketika saya mendendangkannya kembali.

"Bukan lautan hanya kolam susu
Kali dan jala cukup menghidupimu
Tiada topan tiada badai kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu..."

"Kata orang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Kata orang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman..."


(Koes Plus)

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home