8.19.2007

17 Agustus

Tujuh belas Agustus tahun empat lima
itulah hari kemerdekaan kita
hari merdeka
nusa dan bangsa
hari lahirnya bangsa Indonesia
merdekaaa...
s'kali merdeka tetap merdekaaa..
selama hayat masih dikandung badan
kita tetap setia
tetap sedia
membela negara kita...


Lagu di atas dahulu sering saya nyanyikan bersama kawan-kawan di sekolah dasar. Kesempatan paling sering adalah saat mengikuti karnaval mengelilingi beberapa desa di kecamatan kami, Sumobito. Saat paling terkenang adalah saat menjadi polisi cilik, dengan kumis melintang dan senjata plastik terkokang..hahaha...jadi terkenang.:(

Yang juga tak kalah meriah adalah lomba Agustusan di kampung masing-masing. Biasanya karang taruna setempat mengadakan berbagai lomba. Saya yang waktu itu masih imut-imut selalu ikut setiap ada lomba, kecuali satu "Panjat Pinang".

Di dusun saya Kaliwungu, jarang ada pinang sehingga sebagai ganti pinang kami menggunakan pohon pisang raja yang tingginya sekitar 3-4 meter. Tidak terlalu tinggi memang tapi batang pisang yang licin itu diguyur oli.....nah ini yang membuat saya nggak mau ikut. Mending nonton aja dari pada badan dan rambut kena oli, susah dihilangkan. Kalau nonton kan gak kotor tapi ikut gembira..hehe..

Ada lagi lomba yang tak terlupakan seumur hidup, Sepak Bola Sarung. Setiap pemain harus memakai sarung dan mukanya ditutup dengan topeng berbentuk kerucut. Topeng ini hanya ada satu lubang kecil di ujungnya. Inilah yang membuat sepak bola ini meriah. (hahahaha.....jadi tertawa sendiri sebelum cerita) Bayangkan saja dengan lubang kecil para pemain tentu gelagapan mencari kemana bolanya lari, termasuk saya. Tidak jarang kami bertabrakan baik dengan pemain sendiri atau pemain lawan...gedebag...gedebug . Tapi tetap tertawa-tawa dan gembira, penontonnya juga. Keunikannya tidak hanya itu, seringkali di saat menggiring bola suara musik dangdut memaksa para pemainnya harus berjoget di tempat...(huahahah...gak bisa berhenti senyum2 sendiri membayangkannya). Walau RT tempat tinggal saya gak pernah menang, tapi gak merubah keceriaan kami sedikit pun. (Sayang dulu belum ada kamera di kampung kami jadi gak bisa upload gambar di sini >>> Emang sekarang udah ada yah? :P).

Masih banyak lomba-lomba lain yang pasti seru, kocak, mengasyikkan, dan ceria. Ada balap karung, makan kerupuk, kepruk kendhil (memukul kendi), menggigit koin yang di tancapkan di jeruk bali yang diberi abu, memasukkan paku dalam botol, balap kelereng, tarik tambang dan masih banyak lagi kreasi orang kampung. Beda kampung pasti ada ciri khas dan perbedaan jenis lomba. Kalau di kampung Anda bagaimana?

Agustusan di Kairo? Saya tak mampu cerita banyak. Hampir tiada kesan. Kapan yah Masisir punya lomba Sepak Bola Sarung...? Lebih gila dan lebih semarak dari pada kompetisi sepak bola yang sering dilanda "hawa panas". Kalau ada, saya mau ikut!


Nah, sehari setelah saya posting tulisan di atas, ada berita dari kampung halaman di Radar Mojokerto Jawa Pos Group...berikut salinannya....

Radar Mojokerto Jawa Pos
Senin, 20 Agt 2007
Karnaval, Hiburan Rakyat


JOMBANG - Pawai karnaval dan pawai mobil hias yang diikuti peserta dari sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs yang digelar Minggu (19/8) kemarin siang seolah menjadi oase bagi masyarakat yang haus hiburan gratis selama ini. Terbukti, sepanjang rute sejak garis start di Alun-Alun menuju Jl KH Ahmad Dahlan-Jl dr Sutomo-Jl Kusuma Bangsa-Jl Urip Sumoharjo-Jl KH Wahid Hasyim-Jl Diponegoro dan berakhir di Alun-alun dipenuhi ribuan massa. Sejak sekitar pukul 12.00, massa telah mulai memadati tepi jalan di rute yang dilalui rombongan. Petugas Satlantas Polres Jombang harus berusaha ekstrakeras mengatur arus lalu lintas dengan sistem buka tutup. Meski demikian, kepadatan hingga kemacetan lalu lintas di sejumlah ruas jalan tak terelakkan.

Bupati Suyanto, Wabup Ali Fikri, Sekkab Widjono Soeparno dan jajaran Muspida yang terdiri dari Ketua DPRd Abd Halis Iskandar, Kajari Sumardi SH, Ketua PN Agung Suradi serta Dansat Radar 222 TNI AU Kabuh Letkol Roy Romanza turut menyaksikan di tribun kehortaman yang dipasang di simpang empat Jl dr Wahidin Sudirohusodo-Jl dr Sutomo.

Suasana lalu lintas di sekitar rute sempat mengalami kekacauan lantaran pada pukul 15.30, hujan turun cukup lebat. Sejumlah peserta yang masih melintas sebagian besar memilih bertahan meski penonton berlarian mencari tempat berteduh. Sejumlah peserta drm band bahkan nekat bertahan meneruskan perjalanan meski dengan resiko kerusakan alat musik akibat kehujanan.

Selain itu, panjangnya rangkaian peserta karnaval dan pawai kendaraan hias mengakibatkan penambahan rute secara mendadak. Semestinya, setelah melintas di Jl KH Wahid Hasyim dan mendekati simpang empat Kebon Rojo, peserta menempuh rute ke selatan. Lantaran saat itu, masih ada peserta yang masih belum diberangkatkan di grais start, peserta nomor urut pertama terpaksa diminta berputar mengelilingi utara, barat dan selatan Kebon Rojo sebelum melanjutkan rute ke Jl KH Wahid Hasyim dan berakhir di Alun-alun.

Selanjutnya, karnaval dan pawai kendaraan hias untuk jenjang SMA dan umum akan dilangsungkan siang hari ini dengan rute yang diperluas dari rute untuk peserta kemarin. (lal)

Labels:

2 Comments:

Blogger Nanang Musha said...

Selamat 17-an mas Faisal. Semoga Masisir menjadi lebih baik di masa mendatang.

Oia, cerpen yang Anda kirim ke lomba Kenduri cukup menarik. Saya kesengsem dengan pencampuran antara fakta dan fiksi di dalamnya.

Pemuda yang kena malaria itu Sukarno bukan?

Tuesday, August 21, 2007 6:37:00 pm  
Blogger Faisal Zulkarnaen said...

Merdeka juga Mas Nanang (kata Aceng ada tambahan Lesung Pipit yah? hehe peace!) Selamat datang di blog yang sangat biasa ini. Oo..tentang cerpen itu...haha...saya hanya bisa mesem, orang sekelas sampeyan bisa kesengsem dengan cerpen klise itu....cerpen itu sebenarnya sangat prematur sekali...saya menyelesaikannya pada detik2 menjelang dead line. Seakurat apapun data yang saya masukkan ke dalamnya, cerpen itu tetaplah fiksi. Jadi siapa pemuda yang kena malaria itu memang cocok sekali dengan apa yang dialami Sukarno pada derik2 menjelang Indonesia Merdeka. Tapi cerpen itu tetaplah fiksi...bukan sejarah. Intinya bagaimana kita memahami perjuangan mereka dan mengambil yang baik dari mereka, ya kan Mas Nanang?

Tuesday, August 21, 2007 8:37:00 pm  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home