11.07.2011

KURBAN

Sholat Idul Adha baru saja selesai dilaksanakan ketika Matahari mulai menebarkan kehangatah. Para jamaah mulai beranjak dari tempat duduk mereka untuk saling bersalaman dan mendoakan satu sama lain. Cuaca pagi itu cerah, secerah wajah-wajah mereka yang menyambut hari raya dengan suka cita.  
Seutas senyum terkembang di bibir Pak Salim ketika pengurus Masjid Al-Hidayah mengumumkan daftar pemilik hewan kurban yang akan disembelih pada Idul Adha tahun ini. Maklum saja, setiap tahun pengusaha sukses yang sering naik haji ini selalu berada di posisi teratas daftar penyumbang hewan kurban untuk masjid.
Hari Raya Kuban tahun ini Pak Salim menyerahkan 5 ekor sapi dan 20 ekor kambing kepada panitia penyembelihan. Daging hewan-hewan itu dibagikan untuk masyarakat sekitar masjid. Tentu saja, setiap Idul Adha masyarakat di kampung Pak Salim yang kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah bergembira karena bisa menikmati daging kurban. Tidak ada warga kampung yang tidak memperoleh daging. Bahkan karena banyaknya daging kurban, mereka juga membagikannya pada beberapa warga di kampung lain dan panti asuhan yatim piatu.
Oleh masyarakat sekitar Pak Salim dikenal sebagai orang yang dermawan. Ia suka bersedekah bagi warga yang membutuhkan. Ia juga tidak segan-segan untuk menyumbang fasilitas umum terutama Masjid Al-Hidayah. Meski kaya raya, ia dan keluarganya tetap dikenal sebagai orang yang ramah dan rendah hati. Ia juga kerap hadir dalam kegiatan di masjid dan kegiatan sosial lainnya. Jika tidak selalu sholat berjamaah di masjid, itu dapat dipahami karena ia adalah seorang bisnisman yang sibuk.
“Pak Salim, selamat atas hewan kurbannya, semoga amal Bapak dan keluarga diterima Allah,” seorang pengurus masjid menyapa Pak Salim.
“Amin…terima kasih Pak, semoga amal kita semua diterima Allah. Saya hanya berusaha mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan pada kami,” kata Pak Salim merendah.
Mereka berdua kemudian berjalan ke tempat penyembelihan di tepi tanah lapang yang biasanya digunakan anak-anak muda bermain bola. Hari itu setiap orang berbahagia merayakan hari raya. Yang mempunyai hewan kurban bergembira karena bisa melaksanakan perintah Allah. Yang menerima daging kurban turut merasakan keberkahan hari raya, bisa menikmati daging yang mungkin tidak mampu dibeli tiap hari.

***

Pak Salim merasa terkejut luar biasa ketika bangun tidur di suatu pagi. Ketika membuka mata ia merasa aneh dengan sekelilingnya. Ia merasa sangat yakin bahwa malam tadi, setelah menikmati sate kambing, ia tidur di atas kasur yang empuk di kamarnya. Pagi itu ia mendapati dirinya terbaring di sebuah kandang. Bau kotoran dan kencing binatang begitu menusuk hidung dan membuatnya merasa mual.
Keterkejutannya berkali lipat ketika ia merasa ada yang aneh dengan badannya. Ia tidak percaya dengan keadaannya saat ini. Ia menatap kaki dan tangannya dengan seksama. Mustahil! Kedua kaki dan tangannya berubah menjadi kaki binatang. Ia mencoba mengusap kedua matanya, barangkali ia salah lihat. Namun ia tidak mampu melakukannya. Kedua tangannya tidak mampu mencapai mukanya. Kaki dan tangannya telah benar-benar menjadi kaki kambing
Pak Salim juga merasa mulutnya menjadi panjang, monyong seperti mulut kambing. Tidak hanya itu ia merasa mampu dengan mudah menggerak-gerakkan telinganya. Kedua telinganya juga memanjang!
Badannya yang gemuk juga tidak lagi berbentuk manusia. Semuanya dipenuhi dengan rambut putih dan belang hitam. Ia terloncat karena panik luar biasa. Namun ia tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya. Kini ia harus bertumpu pada kaki dan tangannya yang sekarang berbentuk empat kaki kambing. Tidak mungkin!  
Ah, ia terkejut luar biasa dengan keadaannya. Ia berteriak minta tolong. Tapi yang terjadi hanya menambah kepanikannya. Yang keluar dari kerongkongannya adalah suara kambing yang serak. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ia berteriak lagi, memanggil istri dan anak-anaknya. Sungguh sayang, usahanya sia-sia. Yang terdengar hanyalah suara kambing yang mengembik.
Ini mustahil! Ia lalu berusaha berlari untuk mencari pertolongan. Tiba-tiba lehernya terasa sakit. Ia tercekik. Sebuah tali mengikat lehernya. Ia mencoba melepaskan tali itu. ‘Tangannya’ berusaha menggapai tali dilehernya. Tapi ia merasa tidak mampu menyentuh lehernya. Ia meronta-ronta dan berteriak. Semakin ia meronta, lehernya semakin tercekik. Semakin keras ia berteriak, sia-sia, yang keluar hanya suara kambing.
Tali di lehernya terikat kuat di sebuah tiang. Ia tidak kuasa melepaskannya lalu kembali berbaring di tempat itu karena kelelahan. Sekarang ia tidak lagi peduli jika harus berbaring di atas tanah dengan rumput dan kotoran binatang berserakan di sekitarnya.
Air mata mulai menetes dari kedua matanya. Ini tidak mungkin! Aku adalah seorang manusia. Aku seorang suami dan ayah bagi anak-anakku. Aku seorang pengusaha yang kaya. Bagaimana mungkin keadaanku sekarang jadi begini? Ya Allah, apa yang terjadi?
Sambil terus bercucuran air mata, Pak Salim masih tidak percaya dengan keadaannya sekarang. Bagaimana mungkin sebagai seorang manusia, badannya berubah menjadi seekor binatang? Ia memang pernah mendengar kisah Bani Israel yang dikutuk menjadi kera karena durhaka pada Tuhan. Tapi itu zaman dahulu! Ribuan tahun lalu. Bagaimana mungkin itu terjadi pada dirinya? Ia hidup di zaman modern. Tidak pernah sekalipun ia tahu ada manusia yang badannya berubah menjadi binatang di zaman yang serba canggih ini.
Ah, ini hanya mimpi. Ini tidak mungkin terjadi padaku. Ia kembali meronta-ronta dan menghentak-hentakkan kakinya. Percuma, hanya membuat lehernya semakin sakit. Ia meratapi nasibnya yang sangat tidak masuk akal. Ia berdoa dalam hati agar segera dibangunkan dari tidurnya dan berharap ini hanya mimpi. Lama ia berdoa dan meratap, menyesali dosa-dosanya. Tak ada yang terjadi. Tak ada yang berubah. Ia juga tidak terbangun dari mimpi. Haji Salim Sulaiman telah berubah menjadi kambing!?
Ia hampir tertidur karena lelah ketika tiba-tiba lehernya terasa tercekik. Seseorang menarik tali yang mengikat lehernya. Tarikannya begitu kuat sehingga ia harus berdiri agar lehernya tidak sakit. Orang itu terus menarik tali di lehernya. Ia meronta. Percuma. Ia ingin berteriak bahwa ia seorang manusia. Sia-sia. Suara yang keluar adalah embikan kambing.
Orang itu terus menuntun ‘Pak Salim’ ke suatu tempat. Ia hanya mampu pasrah mengikuti penuntunnya. Ia dibawa ke sebuah kerumunan manusia. Seorang di antara mereka membawa sebuah parang panjang. Jangan-jangan....? Ah, tidak! Apakah mereka akan menyembelihku?
Tiba-tiba mereka memegangi kaki-kaki “Pak Salim” dengan kuat.  Tubuhnya lalu diangkat dan dibaringkan di depan sebuah lubang. Ah, jangan! Aku Salim Sulaiman, seorang manusia, jangan disembelih! Ia mencoba meronta dan berteriak. Tetapi tangan-tangan itu begitu kuat memegangi tubuhnya. Mereka juga mulai memegangi mulutnya sehingga suaranya tertahan. Akhirnya ia hanya mampu meneteskan air mata.
Seseorang yang membawa parang mulai memegang kepalanya. Ah, ia mengenali pria itu! Dia adalah Pak Suyanto, mantan rekan bisnisnya. Bukankah ia sedang dipenjara? Air matanya mengalir semakin deras. Ia menyesali perbuatan yang telah dilakukannya.
Beberapa tahun yang lalu perusahaan Pak Salim memenangkan sebuah tender proyek dari pemerintah senilai milyaran rupiah. Ia dan beberapa orang yang terlibat didalamnya menggelapkan sejumlah dana proyek. Dengan menyuap beberapa pihak, mereka berhasil menutupi perbuatan mereka.
Beberapa bulan kemudian, sebuah tim dari Komisi Pemberantasan Korupsi mulai melakukan pemeriksaan terhadap proyek tersebut. Karena khawatir kejahatan mereka terbongkar, Pak Salim dan beberapa koleganya yang terlibat korupsi dalam proyek tersebut berusaha melakukan tipu muslihat. Dengan jaringan yang dimilikinya, mereka berhasil melakukan konspirasi untuk memojokkan Pak Suyanto yang tidak tahu apa-apa. Mereka membuat bukti-bukti palsu sehingga seolah-olah Pak Suyanto adalah pelaku penggelapan dana proyek pemerintah tersebut.
Ketika KPK menemukan bahwa ada penggelapan dana proyek tersebut, Pak Salim juga sempat diperiksa. Namun hal-hal yang menunjukkan keterlibatannya tidak dapat dibuktikan di pengadilan. Semua bukti dan saksi-saksi yang sudah disuapnya membuat pengadilan menyatakan Pak Suyanto sebagai pelaku korupsi dana proyek. Walaupun sudah berusaha mengelak dari tuduhan namun Pak Suyanto tidak dapat berkutik karena semua sudah diatur sebuah skenario. Dan, sutradaranya adalah Salim Sulaiman. Akhirnya Pak Suyanto dikenakan hukuman penjara beberapa tahun dan harus mengembalikan dana yang ‘dikorupsinya’.
Itu hanyalah satu kasus saja yang berhasil diketahui oleh KPK. Beberapa kali korupsi yang dilakukan Pak Salim berhasil ditutupi dengan baik. Bahkan tidak satu pun keluarganya yang tahu. Mereka hanya tahu bahwa suami dan ayah mereka adalah seorang yang baik dan dermawan. Mereka tidak tahu bahwa hewan-hewan korban, sedekah dan ongkos haji selama ini didapatkannya dengan cara mencuri. Kini ia baru menyesali kebusukannya sendiri. Ia bertobat dalam hati. Namun ia juga ragu, apakah tobatnya masih diterima oleh Tuhan dalam keadaan begini? Tobat seorang yang dikutuk menjadi kambing?
Sebuah benda dingin menempel di leher ‘Pak Salim’. Ia menatap wajah orang yang akan menyembelihnya dengan penuh penyesalan. Dalam hati ia merasa sangat menyesal. Ia telah berdosa pada Pak Suyanto dan keluarganya yang ikut menanggung fitnah yang dirancangnya. Pak Salim teringat keluarganya, istri dan anak-anaknya. Tak kuasa menghadapi apa yang sedang dihadapinya, ia lalu memejamkan matanya dan pasrah. Orang yang akan menyembelihnya mulai mengucapkan doa. Suaranya lamat-lamat terdengar di telinga ‘sang kambing’. Bismillahi Allahu Akbar....

***
Istri Pak Salim terkejut ketika suatu pagi ia tidak mendapati suaminya di tempat tidur. Anak-anaknya juga tidak tahu kemana ayahnya pergi. Padahal hari ini mereka sekeluarga hendak berkunjung ke rumah seorang kerabat untuk reuni keluarga sekaligus merayakan hari raya.
Tiba-tiba telepon di rumah mereka berdering. Istri Pak Salim bergegas mengangkat gagang telepon. Di seberang sana terdengar suara seorang pria yang sangat dikenalnya.
“Ma, maafkan Papa! Papa menyesal selama ini telah membohongi Mama dan banyak orang. Papa adalah seorang koruptor. Papa sudah menyerahkan diri. Sekarang Papa ada di Kantor Polisi....” Istri Pak Salim tiba-tiba merasa lemas, jantungnya berdetak keras dan keringatnya bercucuran. Kata-kata suaminya kemudian menjadi tidak jelas di telinganya. Karena gemetar ia menjatuhkan gagang telepon dari tangannya dan terduduk tak berdaya di lantai.
Di Kantor Polisi, Pak Salim menunduk dengan mata sembab. Ia tahu istrinya akan terkejut mendengar pengakuannya. Namun ia tidak punya pilihan.
Pagi tadi, ketika azan Subuh berkumandang, ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh luar biasa. Terkejut, menyesal dan gemetar. Namun ia bersyukur telah terbangun dari mimpi buruknya. Ia masih Salim Sulaiman, seorang manusia. Mimpi itu seolah-olah nyata. Seakan-akan ia baru saja mengalaminya, menjadi kambing kurban..
Kemerduan Azan Subuh sedikit menenangkannya. Ia lalu berdiri dan bergegas pergi ke masjid. Setelah selesai sholat berjamaah dan bertobat pada Tuhan ia pergi ke kantornya untuk mengambil bukti-bukti semua korupsi yang dilakukannya. Dengan bukti itu ia mengakui kejahatannya dan menyerahkan diri. Akibat perbuatannya mungkin banyak manusia dan harta yang telah menjadi korban keserakahannya. Ia tidak ingin menunda penyesalannya walau sedetik, sebelum semuanya terlambat.


Kairo, Idul Adha 1430 H/ November 2009

Labels: , , , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home