4.25.2007


SUASANA KULIAH DI MESIR

Kampus Al-Azhar di Kairo mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Namun, ada beberapa hal yang mungkin belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat Indonesia tentang Mesir, salah satunya adalah bagaimana suasana perkuliahan di Kairo. Tulisan ini akan mengupas—walau tidak semua—suasana kuliah di Mesir dengan latar belakang kampus Al-Azhar, khususnya menyangkut mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia.

Masjid Al-Azhar didirikan tahun 970 M oleh Panglima Jauhar As-Shiqili pada masa Khalifah Muiz Lidiinillah dari Dinasti Fathimiah. Bersamaan dengan itu embrio kampus Al-Azhar pun lahir dalam bentuk halaqoh-halaqoh (pengajian-pengajian) di beberapa ruangan masjid yang disebut Ruaq. Seiring berjalannya waktu Al-Azhar menjadi universitas sebagaimana lazimnya semua universitas lainnya dengan berbagai disiplin ilmu baik ilmu-ilmu sosial maupun ilmu-ilmu sains. Namun dalam pandangan masyarakat internasional Al-Azhar lebih dikenal dengan studi tentang agama Islam. Saat ini Al-Azhar mempunyai lebih kurang 400.000 mahasiswa dari dalam dan luar negeri yang tersebar hampir di seluruh cabangnya di penjuru Mesir, selain di Kairo.

Salah satu ciri khas Al-Azhar adalah sistem kuliahnya yang masih memelihara tradisi lama. Meskipun sudah diselaraskan dengan sistem modern, namun suasana belajar tradisional masih sangat terasa. Sistem penyampaian kuliahnya adalah dosen menyampaian materi dan mahasiswa mendengarkan. Dalam satu kelas jumlah mahasiswa bisa lebih dari 100 orang sehingga kesempatan mengenal dosen secara dekat cukup sulit. Tanya jawab hanya diberikan kesempatan di akhir penyampaian materi, namun kesempatan ini seringkali sulit didapatkan terutama untuk program S-1. Pada program S-2 kesempatan untuk tanya jawab dan mengenal dosen lebih besar karena mahasiswanya cenderung lebih sedikit.

Program S-1 bidang adaby (sosial) di Al-Azhar ditempuh dalam waktu 4 tahun. Sama seperti di Indonesia, satu tahun mata kuliah dibagi menjadi dua semester. Jika di Indonesia dibagi dengan SKS, kuliah di Al-Azhar jauh lebih simpel. Kehadiran di kuliah tidak diwajibkan sehingga penilaian dosen hanya didasarkan pada hasil ujian. Mahasiswa disediakan buku diktat yang dibeli dari tiap fakultas. Tugas membuat makalah, paper, dan skripsi bisa dikatakan hampir tidak dikenal oleh mahasiswa S-1 Al-Azhar. Hanya beberapa fakultas atau dosennya saja yang memberi tugas ini pada mahasiswanya.

Walaupun tidak wajib, kehadiran di kuliah akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui karateristik dosen sehingga dapat memprediksi soal-soal yang akan keluar saat ujian nantinya. Bahkan di Al-Azhar ada tradisi bagi kebanyakan dosen—tidak semua—untuk memberikan kisi-kisi materi yang akan keluar dan disebut tahdid (batasan materi). Pada saat menyampaikan kuliah, dosen seringkali menyebut beberapa istilah untuk materi yang sedang disampaikannya seperti muhim jiddan (sangat penting), muhim (penting), qiro’ah (dianjurkan untuk dibaca), atau mahdzuf (tidak diperlukan). Sebuah materi yang diberi label muhim jiddan atau muhim mempunyai kemungkinan besar untuk keluar saat ujian, sedangkan qiro’ah dan mahdzuf sering digunakan oleh dosen untuk materi yang tidak diujikan.

Ujian di Al-Azhar dilaksanakan dua kali dalam setahun. Sistem ujian dibagi menjadi dua bagian yaitu ujian lisan (syafawi) dan ujian tulis (tahriri). Ujian lisan meliputi Al-Qur’an dan mata kuliah khusus fakultas/jurusan, sedangkan ujian tulis meliputi seluruh mata kuliah. Untuk bisa naik tingkat, mahasiswa minimal harus mendapatkan nilai maqbul (cukup) di setiap mata kuliah, standard nilai ini berbeda-beda tiap fakultas. Jika seorang mahasiswa mempunyai lebih dari dua mata kuliah yang tidak mencapai nilai maqbul, maka dia tidak dapat naik tingkat. Artinya, Al-Azhar memberikan toleransi maksimal 2 mata kuliah yang tertinggal untuk naik tingkat dan tetap mengulang pada tingkat selanjutnya. Bila dalam tiga tahun berturut-turut seorang mahasiswa tidak naik tingkat, maka ia dinyatakan DO (Drop Out) dari fakultas. Jangan coba-coba untuk mencontek atau berlaku curang dalam ujian, karena ancamannya adalah dikeluarkan dari universitas. Pengawasannya sangat ketat, dalam satu ruangan ada lebih dari dua pengawas, bahkan di sejumlah tempat ada polisi kampus. Tapi tidak perlu terlalu tegang, karena peserta ujian bisa memesan teh hangat atau air putih selama ujian.

Dengan sistem belajar mengajar Al-Azhar saat ini, mahasiswa mempunyai kebebasan seluas-luasnya menyangkut penyerapan ilmunya. Hal ini membuat karateristik lulusan Al-Azhar sangat bervariasi. Seorang mahasiswa di Al-Azhar bisa mendapatkan nilai yang memuaskan dalam ujian, namun hal ini tidak menjamin kualitas keilmuannya. Al-Azhar menekankan kemandirian pencarian dan riset keilmuan pribadi mahasiswanya. Jika mahasiswa aktif mencari di luar kampus maka kesempatan itu terbuka luas karena suasana keilmuan di Kairo sangat terasa sekali. Kajian keilmuan tersebar hampir di seluruh penjuru Kairo dengan pemateri doktor-doktor yang mumpuni di bidangnya. Selain itu buku-buku bisa didapatkan dengan mudah dan murah khususnya ilmu-ilmu keislaman.

Universitas Al-Azhar memisahkan antara kampus untuk mahasiswa dan kampus untuk mahasiswi. Kegiatan di luar kuliah dalam kampus (ekstrakulikuler) bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Organisasi mahasiswa dalam kampus hanyalah Senat Fakultas, namun tidak ada satupun mahasiswa asing yang aktif di organisasi ini. Kegiatan senat ini pun tidak banyak diketahui oleh mahasiswa asing. Mahasiswa Indonesia lebih banyak membuat kegiatan dengan sesama kawan dari Indonesia.

Mahasiswa dan pelajar asal Indonesia di Mesir saat ini berjumlah sekitar 4000 orang. Sebagian besar sedang menyelesaikan program S-1 di Al-Azhar baik di Kairo maupun di kampus Al-Azhar di kota provinsi seperti Zaqaziq, Thanta atau Manshurah. Selain di Al-Azhar, sebagian kecil ada yang kuliah di Universitas Cairo, Ain Syam, Institut Liga Arab, Universitas Al-Menia, American University in Cairo dan lainnya. Pelajar dari Indonesia juga mulai banyak mendaftar di Ma’had Al-Azhar yang mempunyai kurikulum setingkat SMA.

Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir (disebut Masisir) membentuk sebuah induk organisasi bernama Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang berdiri sejak tahun 1995 dan mulai 3 tahun lalu menggunakan Student Government System (SGS) atau Sistem Pemerintahan Mahasiswa. Dalam SGS ini PPMI seolah-olah sebuah negara kecil yang mempunyai system pemerintahan seperti di Indonesia. PPMI dipimpin oleh seorang Presiden yang bersama kabinetnya menjadi badan eksekutif mahasiswa. PPMI juga mempunyai Majelis Permusyaaratan Anggota (MPA) sebagai lembaga tertinggi organisasi dan Badan Perwakilan Anggota (BPA) sebagai lembaga legislatif sekaligus yudikatif organisasi PPMI.

PPMI disebut induk organisasi persatuan pelajar dan mahasiswa Indonesia karena dalam lingkungan PPMI banyak terdapat organisasi-organisasi dengan berbagai corak dan kepentingan. Dalam lingkungan PPMI ada beberapa organisasi kekeluargaan yang dibentuk berdasarkan asal daerah dan ditetapkan sebagai badan otonom PPMI. Terdapat 16 organisasi kekeluargaan yang menaungi mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.
Di antara organisasi tersebut adalah Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA), Kesepakatan Mahasiswa Minang (KMM), Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat (KPMJB), Kelompok Studi Walisongo (KSW) untuk pelajar dari Jawa Tengah, Keluarga Masyarakat Jawa Timur (GAMAJATIM), Forum Silaturahmi Keluarga Madura (FOSGAMA), Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS), dan lainnya.

Selain organisasi yang bercorak kekeluargaan dan asal daerah, berbagai organisasi dengan berbagai latar belakang dan kepentingan juga banyak bermunculan menghiasi dinamika mahasiswa Indonesia di Mesir. Ormas-ormas besar di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan Al-Washliyah mempunyai cabang resmi di Kairo.

Dalam dunia jurnalistik, mahasiswa Indonesia di Mesir mempunyai banyak sekali buletin, majalah atau jurnal. Media-media pers Masisir ada yang independen dan ada juga yang berada dalam naungan organisasi lain. Beberapa media Masisir yang banyak dikenal adalah Terobosan (independent), Informatika (ICMI), Tanwirul Afkar (NU), Sinar Muhammadiyah, dan sebagainya.

Forum Lingkar Pena (FLP) yang bergerak di bidang kepenulisan dan mempunyai banyak cabang di berbagai kota di Indonesia juga dideklarasikan di Kairo. FLP Mesir beberapa waktu yang lalu mengundang penulis-penulis Indonesia seperti Gola Gong, Pipiet Senja, Fauzil Adhim, Helvi Tiana Rosa, dan Irwan Kelana untuk memberikan pelatihan bagi Masisir.

Bidang seni dan budaya juga mempunyai perkembangan pesat dalam beberapa tahun ini. Grup nasyid, tim shalawat dan band mulai bermunculan di kalangan Masisir. Bahkan grup nasyid Da’i Nada sudah membuat album pertamanya di Kairo. Salah satu organisasi yang sering menarik minat orang Mesir untuk mengundang tampil dalam berbagai acara adalah Tim Shalawat dari Ikatan Persaudaraan Qari’ Qari’ah Indonesia (IPQI) – Mesir. Anggota IPQI sering diundang untuk mengalunkan tilawah ayat Al-Qur’an dan shalawatan oleh orang Mesir hingga tampil di beberapa saluran televisi Mesir. Mereka sangat kagum jika ada orang tidak berbahasa Arab ('Ajam) namun fasih baca Al-Qur'an, bahkan dengan tilawah atau dilagukan dengan kaidah tertentu.

Organisasi yang juga banyak terdapat di Masisir adalah organisasi almamater. Organisasi almamater ini beranggotakan alumni sekolah atau pondok pesantren tertentu di Indonesia, seperti Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor - Ponorogo, Forum Silaturahmi Alumni Bahrul Ulum (FISMABA) Tambak Beras – Jombang, dan lain sebagainya. Demikianlah gambaran singkat suasana pekuliahan dan mahasiswa Indonesia di Mesir.(sal)


*Tulisan ini juga dimuat di minimagz As-Salam Edisi II yang diterbitkan oleh Ikatan Alumni PP Sunan Ampel (IKAPPSA) Jombang dengan beberapa perubahan.




Labels:

8 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Assalamu'alaikum akhi,
Kenalkan saya ventin ibu 2 anak balita. Boleh ngga nanya2 ttg pengajuan visa mesir. Saya berencana pindah ikut suami yg dpt tugas d khattamia selama 2 thn. Kami semua sdh dpt visa, cuma ada masalah dlm pengajuan visa utk pengasuh yg akan kami bawa. Salah satu syarat yg blm kami dptkan utk pengajuan visa tsb adl Clearance letter utk pengasuh yg akan kami bawa dr indonesia. Apa akhi tau gmn caranya dapetin clearance letter tsb? mohon informasinya ke amail saya Ventin_q@yahoo.com. Jazakillah Khairon Katsir

Saturday, September 29, 2007 1:08:00 am  
Blogger i2n said...

salam kenal nieee dari masiswi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosat Al-hikmah jakarta

Monday, October 29, 2007 11:41:00 am  
Anonymous Anonymous said...

Salam kenal juga buat I2n. Terima kasih kunjungannya.

Wednesday, October 31, 2007 12:48:00 am  
Blogger dziela el-khidhr said...

salam kenal mas faisal.boleh ceritain sedikit tentang sejarahnya bisa study ke cairo.ceritain sedikit tentang budaya orang2 mesir,apa yang harus di lakukan dan persiapan apa aja untuk bisa study ke sana.dan biar gak culture shock.mw tanya apa yang harus di lakkan oleh mahasiswi yang baru aja sampai di sana?semua informasi n juawaban dari mas faisal sangat q harepin cz q punya khayalan untuk bisa menuntut ilmu di cairo so q mau ma faisal mau membantuku sekali terima kasih.my email dzies_love@yahoo.com

Sunday, December 09, 2007 8:48:00 am  
Blogger delafiza said...

This comment has been removed by the author.

Sunday, April 19, 2009 1:02:00 pm  
Blogger Afif Sholahudin said...

assalamualaikum
saya anak kelas 2 sma yang maunya masuk ke kairo mesir. bisa jelasin gak gimana kalo bahasa arab kita gak lancar trus dikemanain nantinya. trus apa aja sih sebab orang-orang yang ditolak masuk. sykrn.
wassalamualaikum

Wednesday, May 15, 2013 4:20:00 am  
Blogger Unknown said...

This comment has been removed by the author.

Thursday, June 30, 2016 9:40:00 am  
Blogger Unknown said...

Assalamu'alaikum.. Saya siswi kls 3 insyaallah. Dari kecil saya sangat berkeinginan untuk kuliah disana. Semoga allah mengizinkan saya untuk menimba ilmu ke kairo, mesir aamiin😂

Thursday, June 30, 2016 9:40:00 am  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home