Lebaran 1427 H dan "Tsunami" yang Membasahi Rumah Kami
Lebaran 1427 H di Kairo dirayakan pada hari Selasa, tanggal 24 OKtober 2006. Di malam harinya yang - kalau di Indonesia- di penuhi takbir, tahmid dan tahlil di masjid-masjid dan surau, tapi di Kairo tidak ada tradisi semacam itu. Tidak ada takbir keliling kampung bawa obor. Tidak ada, kebanyakan senyap dalam rumah dan masjid tetap terkunci seperti sebelum Ramadhan. Takbiran hanya ada selepas Shubuh sampai Sholat Ied didirikan. Itu pun dengan nada yg - menurut saya- "garing" dan tidak semerdu di Indonesia. Datar dan kurang mengalun.
Malam itu juga setelah berkumpul dengan kawan-kawan, diiringi rekaman takbiran ala Indonesia dari komputer, aku mulai mengeluarkan selimut tebal yang sudah sekitar 6 bulan terbungkus rapi di bawah bufet. Sekitar jam 2 dini hari baru terlelap setelah melahap Mie Aceh buatan seorang kawan serumah asal Bireuen, NAD. Kenyang.
Pagi-pagi sehabis subuh, dengan mata masih mengantuk, telingaku mendengar suara kawan-kawan yang ribut. Ada yg nyeletuk "banjir...", ada yang iseng sambil membangunkan aku, "Bangun ada tsunami masuk rumah....". Duh, ono opo seh? Langsung aja aku bangun. Hah, karpet ruang tengah kok jadi basah? Karpet kamar sebelah dan ruang tamu juga ikut basah dan air menggenang di beberapa tempat. Untungnya air nggak masuk ke dalam kamarku. Loh, Tsunami dari mana nih? Seketika ngantukku buyar.
Dalam waktu beberapa detik kami menurunkan tim investigasi dan mereka berhasil menemukan penyebabnya, aku langsung masuk kamar mandi, wudhu lalu sholat shubuh, keburu telat. Laporan dari tim investigasi menyatakan bahwa penyebab "tsunami" yang membasahi karpet di beberapa bagian flat kami adalah adanya gempa tektonik dari kran wastafel dapur, dengan kekuatan yang belum diketahui, diperkirakan terjadi pukul 04.00 sampai kepergok saksi mata sekitar pukul 05.15..hehe.. jadi laporan ahli geologi campur pengungkapan kasus kriminal.
Singkatnya tadi malam air ledeng tidak mengalir, lalu ada penghuni rumah yang buka kran dan belum ditutup. Akhirnya ketika air mengalir langsung meluber keluar wastafel yang penuh dengan cucian piring kotor. Akhirnya tsunami membasahi rumah kami. :)
Selesai sholat subuh, kami serumah akhirnya kerja bakti mengeringkan karpet dan mengepel lantai. Hmm, lebaran yang penuh berkah dan benar-benar beda dengan tahun-tahun sebelumnya, plus acara ngepel rumah. Beberapa kawan yang semalam ikut nginep di rumah kami, akhirnya juga diterjunkan ke TKP untuk mengatasinya. Untungnya sholat Ied yg diadakan KBRI agak siang, sekitar pukul 08.00, jadi masih bisa dijangkau. Selain itu tempatnya juga dekat rumah, jalan kaki cuma 5 menit.
Sehabis ngepel dan menjemur karpet di samping rumah Bawwab (Penjaga Apartemen), kami pergi ke Masjid Assalam, lokasi Sholat Ied bagi warga Indonesia. Masjid ini pada pagi harinya dipakai orang Mesir untuk sholat, lalu gantian khusus orang Indonesia dengan khutbah berbahasa Indonesia. Dari 4000-an WNI di Mesir, diperkirakan sekitar 70 % lebih hadir dalam acara tahunan itu. Diperkirakan juga sekitar 3000-an kotak nasi dengan berbagai menu dari Sabang sampai Merauke ludes dalam dua jam, hehe..
Ketika khotbah Ied selesai, semua yang hadir langsung menuju taman dan tenda di belakang masjid yang telah tersedia nasi kotak dengan berbagai menu. Yang tidak ada adalah ketupat, opor ayam, lepat ketan dan sambal terasi. Tes...dan liur pun menetes. Kalaupun ada ketupat, itu hanya untuk hiasan dan terbuat dari pita warna-warni. :P
Sambil makan-makan, kami semua bersilaturrahmi dan bermaaf-maafan dengan sedikit berdesakan ketika masuk. Meskipun berdesakan suasananya ceria sekali, benar-benar khas tanah air. Sehingga sedikit sudah bisa melupakan tsunami di rumah. :P Kalo sudah begitu, kenangan berlebaran di tanah air berseliweran di kepala. Memang tidak ada yang mengalahkan suasana lebaran di kampung halaman. Udah di luar negeri masih saja teringat, jadi suasananya dibuat semirip mungkin seperti di kampung. Laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak, diplomat, mahasiswa, pekerja, orang Aceh, Medan, Padang, Jambi, Palembang, Jakarta, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Lombok, orang Sulawesi sampai orang Papua (yang gak disebut jangan marah) semuanya bermaaf-maafan. Nah ini dia yang gak bisa di dapat di kampung. Ketemu dengan orang-orang dari hampir seluruh Indonesia adalah suatu berkah berlebaran di Kairo, dan tentu saja makanannya juga dong...Silahkan makan sampai kenyang... (kalo persediaan masih ada-Red). :)
Selain bermaafan dan silaturrahmi plus makan-makan, kami foto bareng sebagai kenang-kenangan. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini WNI di Kairo berlebaran tanpa Dubes karena Dubes baru belum juga datang. Namun tidak mengganggu kekhidmatan dan lezatnya makanan Idul Fitri kali ini.:)
Selesai sholat - sekitar pukul 11.00, biasanya kami pergi ke rumah kawan-kawan atau pejabat KBRI yang kita kenal untuk shilaturahmi. Atau mau pilih opsi yang kedua, pulang ke rumah dan istirahat sampai jam 14.00 lalu sorenya baru bertandang ke rumah kawan.
Orang Mesir sendiri menyambut Idul Fitri tidak semeriah di Indonesia. Warga Mesir lebih meriah ketika menyambut Ramadhan dan Idul Adha. Pada Idul Fitri kebanyakan mereka akan memenuhi tempat-tempat wisata atau berkumpul dan makan-makan bersama keluarga di rumah.
Selamat meraih kemenangan, taqobballahu minna wa minkum, shiyamanaa wa shiyamakum, kullu aam wa antum bikhoir, minal aidin wal faidzin, maafkan segala khilaf dan salah, kmbali suci di hari yang fitri......
Salam hangat di musim gugur Kairo,
Selasa, 1 Syawal 1427 H/24 Okt 2006
4 Comments:
hihi.. seru..
biar sekalian mandi tuh... :D
ikut-ikutan buat blog juga ya........selamat berkreasi man!!!!!
As salam alaikum,
blognya keren lho...
ayo tambah cerita ttg di mesir ya...
:-)
@elfenan
Hehe...terima kasih buat semangatnya, daku bukan ikut-ikutan kok cuma memanfaatkan saja...:). Ngga kapan kita berpetualang bareng?
@wahyu annisha
waalaikum salam warohmatullah
doakan saja tulisan saya bisa nambah :)......
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home